NU dan SIMTUDDUROR

Di negeri ini banyak bertaburan kitab puji pujian dan maulid pada Nabi SAW. Mulai Syaroful Anam, Ad-Diba',Barzanji, Burdah, Simtuduror atau Dhiyaul Lami' dan masih banyak kitab maulid lainnya.

Jika ditanya kitab mana yang paling afdhol? Jawabannya semua kitab maulid afdhol dan tidak bisa dibandingkan satu sama lain. Akan tetapi jika ditanyakan dari sisi sejarah, NU sebagai wadah yang banyak mensyiarkan maulid, maka Simtuduror lebih dekat sejarahnya dengan NU.

Mari kita simak...

Simbah KH Hasyim Asyari ketika ngaji di Mekah memiliki beberapa guru, diantaranya Al-Habib Husin bin Muhammad bin Husin Al-Habsyi. Mufti Syafiiyah di Mekah dan seorang Muhadist. Habib Husin adalah kakak dari Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi, pengarang kitab Maulid Simtuduror.

Guru KH Hasyim Asyari lainnya adalah Al-Habib Alwi bin Ahmad Assegaf. Dari beliau Mbah Hasyim mendapat sanad kitab Shahih Bukhari. Habib Alwi adalah ipar dari Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi pengarang kitab Maulid Simtuduror.

Diantara Guru KH Hasyim Asyari adalah Syaikhona Kholil Bangkalan. Suatu saat Syaikhona mendengar kemasyhuran nama Habib Ali di Sewun Hadramaut. Maka beliau menemui Habib Ali dan terjadi karamah dalam pertemuan tersebut. Dikisahkan Syaikhona dan Habib Ali berbincang bincang dalam bahasa Jawa, padahal Habib Ali tidak pernah ke Jawa. Hal ini membuat takjub semua yang hadir.

Jejaring inilah yang semakin menguatkan hubungan antara NU dan Simtuduror. Meski Mbah Hasyim dan Habib Ali belum pernah bertemu. Namun jejaring keilmuan dan keberkahan akan menyatukan hubungan ini.

Sesungguhnya jejaring antar ulama dari satu generasi ke generasi selanjutnya ibarat untaian tasbih. Satu biji tasbih diputar, maka akan menggerakkan seluruh biji tasbih lainnya.

Robbi Fanfa'na Bibarkatihim..

Sumber : Habib Nauval Mutahar

Komentar

Postingan Populer